' I Will Survive' Risalah Politik 2014 | by Eko Jun

Kisah dakwah Nabi Yunus As cukup relefan untuk dijadikan renungan bagi para aktivis dakwah. Khususnya disaat sekarang, saat tanaman yang telah dirawat sekian lama ternyata tidak kunjung berbuah, pertumbuhannya lambat, atau malah terkena hama akut yang sengaja disebarkan oleh pihak tertentu. Apa pelajaran yang bisa kita dapatkan dari kisahnya Nabi Yunus ?

Pertama, dakwah adalah jalan yang berat

Sebagian kita membayangkan bahwa dakwah berarti naik ke podium pakai sorban, dimuliakan oleh para hadhirin, pulang diberi amplop, datang dijemput pulang diantar dll. Padahal kenyataannya tidak demikian. Dakwah adalah jalan yang terjal, sampai seorang nabi sekalipun (Nabi Yunus) merasa bersusah hati, kurang bersabar dan memutuskan meninggalkan medan juangnya.

Selain mendapatkan rintangan dari penentang dakwah, kita juga akan mendapatkan permintaan yang aneh – aneh dari kaum yang kita dakwahi. Hal ini sudah terjadi dari sejak dulu. Kaumnya Nabi Musa ingin melihat Allah. Kaumnya Nabi ‘Isya minta diturunkan makanan dari langit. Permintaan suku Quraisy untuk membelah bulan dikabulkan oleh Nabi Muhammad saw. Tapi permintaan untuk merubah gunung – gunung di Makkah menjadi emas ditolaknya.

Kita menyeru rakyat untuk memperbaiki negeri. Mereka menyatakan siap mendukung, tapi ada aneka syarat yang diajukan seperti : seragam RT, semen dan krosok, kaos dan kerudung, amplop dan rokok dll. Ndak usah terkejut, itu lagu lama. Memang begitulah ciri masyarakat. Lagian, itu belum seaneh permintaan kaum – kaum terdahulu. He..9x.

Kedua, lari dari medan dakwah adalah jalan kebinasaan

Nabi Yunus memutuskan meninggalkan negerinya. Setelah berlayar cukup lama, bahteranya terkena musibah. Diundi beberapa kali, selalu nama Yunus yang keluar. Akhirnya Nabi Yunus dilempar ke laut. Sejurus kemudian, Nabi Yunus langsung dimakan ikan besar.

Allah segera akan memberi ujian besar jika kita lari dari medan dakwah. Nabi Yunus dicoba dengan ujian dahsyat berupa hujan badai, dilempar ke laut sampai dimakan ikan dan terpenjara didalam perutnya. Jangan sekalipun berfikir kita akan aman dari ujian Allah. Sedangkan bagi kaum yang kita tinggalkan, mereka akan ditelan bulat – bulat oleh kaum yang fasik. Saat Nabi Musa naik ke bukit Thursina, Samiri langsung beraksi menyesatkan Bani Israel. Padahal disana masih ada Nabi Harun. Lalu apa jadinya jika satu kaum kosong dari da’i?

Segala hal yang menyusahkan hati, jangan sampai menyurutkan langkah kita. Jangan berhenti menyebarkan seruan kebaikan dan amal soleh ditengah masyarakat. Karena jika sang macan sudah pergi, anak kecil sekalipun sudah tidak takut lagi bermain dan membuat onar di hutan.

Ketiga, taubat mendatangkan ampunan dan nikmat 
Dalam perut ikan, Nabi Yunus mohon ampunan kepada Allah. Tanpa henti, beliau melantunkan “Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzaalimiin”. Allah berkenan menurunkan rahmat-Nya. Nabi Yunus diberi kesempatan kedua. Ia keluar dari perut ikan dan menuju suatu negeri. Kali ini, dakwahnya mendapat sambutan baik dari kaumnya.

Orang shaleh hatinya sangat peka. Saat ditimpa musibah, segera mereka bertaubat. Menyalahkan dirinya sendiri, meski ada pihak lain yang melakukan makar terhadapnya. Saat diturunkan dari surga, Nabi Adam melantunkan “Rabbanaa dzalamnaa anfusanaa wa illamtaghfirlanaa lanakuunanna minal khaasiriin”. Ia menyalahkan dirinya sendiri, meskipun dia berbuat dosa karena tipu daya setan. Lain dengan setan, yang menyalahkan Allah saat dirinya diusir dari surga.

Ada banyak pihak yang melakukan upaya makar terhadap dakwah kita. Kita sama – sama tahu siapa mereka, meski ada banyak tangan dan topeng yang dipergunakan. Selain kita memohon ampun atas kekhilafan kita, ada baiknya kita juga turut mendoakan mereka. Allahummaghfir li qaumi, fainnahum laa ya’lamuun.

Khatimah 
Para nabi adalah manusia mulia. Maqamnya jauh diatas manusia biasa maupun wali. Karena itu, tidak layak jika kita berkata “Ana khairun min yunus ibn matta”. Kekhilafan yang ada tidak mengurangi derajatnya sebagai nabi. Kisahnya adalah cermin bening untuk para aktivis dakwah dimasa selanjutnya.

Jadi, teruslah menanam pohon meski besok akan kiamat. Teruskanlah amal soleh dan segala kebajikan ditengah ummat. Sebagaimana slogan kita “Apapun Yang Terjadi, Kami Tetap Melayani. Karena sayyidul qaumi khaadimuhum.

Karena jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan mempekerjakannya. Diberi ilham dan petunjuk untuk terus menerus beramal shaleh. Hingga saatnya ajal menjemput, hamba tersebut dalam kondisi tengah beramal shaleh. Bahkan mungkin sedang berada dipuncak amalnya. Wa ni’ma ajrul ‘aamiliin.
 
sumber : Eko Jun -- https://www.facebook.com/eko.jun

[pkslwy]

1 Response to "' I Will Survive' Risalah Politik 2014 | by Eko Jun"