Catatan Linda Djalil
*Penulis mantan wartawan majalah Tempo, Gatra dan penulis lepas dibeberapa majalah wanita.
"Saya juga termasuk orang yang merasa ‘takut’ untuk memilih dia saat yang lalu."
Tentu
ini gara-gara cerita seram “ham hem hom” . Pembunuh, kejam, penculik
dan sebagainya. Lalu saya merenung. Mengapa saya, yang sempat menikmati
profesi jurnalis begitu mudah terpengaruh oleh berita yang belum tentu
kebenarannya? Saya pelan-pelan melacak,menelusuri, membaca banyak
dokumen, termasuk pula saya menyelidiki sumber-sumber/ macam orang
seperti apa yang memberikan cerita seram tentang Prabowo. Dapatkah
kredibilitas mereka dipercaya? Mereka itu siapa saja,dan dulunya
bagaimana? Maaf saya tidak ingin riya, tetapi dalam penelusuran saya,
tak pernah sekejap pun saya berhenti doa…, saya minta kepada Sang Rabb
untuk diberi jalan terang, tidak termakan cerita buram. Bila Prabowo
bajingan perlihatkanlah di depan mata saya, segala buktinya. Dan segala
perasaan saya untuk jauh-jauh dari mendukung dia. Tapi apabila dalam hal
ini ia hanya tersiram tuduhan keji, semoga Tuhan memperlihatkan
kebenarannya bagi saya pribadi.
Saya kenal orang
itu karena ayah ibu saya dulu sempat kenal dengan Oom Cum/ Pak Sumitro.
Tante Dora, ibunda Prabowo juga bukannya ibu saya tidak mengenalnya.
Adik-adik Prabowo saya kenal sambil lalu dan mereka cukup ramah, dan
secara kebetulan pula ia menikah dengan Titiek Soeharto, teman remaja
saya. Tapi tak pernah sekalipun dalam kedekatan saya yang hanya sambil
lalu itu mempengaruhi saya untuk mati-matian membela dia bila memang ia
bersalah. Tidak akan !!
Staf saya di kantor bahkan pernah
menyampaikan cerita ngeri. Dia bilang bahwa dia melihat dengan mata
kepala sendiri bahwa Fadli Zon digampari oleh Prabowo di suatu acara.
Saya kaget setengah mati, sehingga saya makin yakin saat itu bahwa tidak
akan pernah maulah saya memilih dia. Saya sempat geram termakan cerita
itu. Lama-lama, saya berpikir ulang kembali. Kok gampang banget saya
percaya cerita semacam itu? Lalu saya memberanikan diri untuk bertanya
langsung kepada Fadli Zon, sebagai adik kelas saya di UI dan orang yang
selalu sangat berperhatian kepada seni budaya Indonesia dan sangat
ikhlas bila merangkul para seniman Indonesia, juga kepada Idris Sardi
hingga tutup usia. Fadli sangat kaget luar biasa. Ia berani bersumpah di
atas Al Qur’an bahwa hal itu sama sekail tidap pernah terjadi.
“Mbak Linda,
berani-beraninya Prabowo gampar saya? Dia tidak pernah sekalipun
melakukan hal itu kepada saya. Tentu akan saya gampar balik…hahahhaaa!,”
begitu kata Fadli.
Saya agak kecewa
dengan staf saya, yang sudah dengan seenaknya mengarang cerita. Ketika
saya bilang bahwa saya sudah cek ke ybs, ia panik. Tampaknya ia memang
mengarang cerita…
Lalu, saya
dengar lagi cerita dari anak saya bahwa temannya yang bekerja di PH juga
melihat ia menggampar ajudannya di depan pekerja PH yang akan membuat
filmnya. Cerita hampir senada dengan cerita staf saya. Ajudan Prabowo
saya kenal. Tak satupun yang tidak heran mendengar cerita itu. Ya, semua
heran dan ‘kagum’, karena betapa dahsyatnya karangan-karangan semacam
itu. Ya, karangan yang sudah terstruktur.
Sejak awal kampanye
kemarin ini, berbagai pihak menyerang lagi dengan ‘isu musiman pemilu’
soal ham hem hom itu… dan yang membuat saya terpana, saat ia berada
terus menerus di samping Megawati, tuduhan tidak gencar-gencar amat.
Begitu Megawati menjelaskan duduk perkaranya, isu menjadi sepi. Terlebih
para pengikutnya di partainya.
Tak seperti sekarang yang tampak sorak
sorai tuduhan maut itu bertubi-tubi. Muncul nama Hendropriyono. Dia
teman saya. Dia tetangga ibu saya dan teman jalan pagi ayah Adjie Masaid
alm. Saya juga sering bergurau dengannya di tempat bertugas. Istrinya
yang cantik juga sering saya sapa. Tapi saya bingung ketika Hendro
berkoar soal Prabowo gila lah, kejam, psikopat … lha, bukankah peristiwa
Talangsari Lampung di bawah tanggung jawabnya? Kejadian yang super
kejam semua atas pengetahuan dia bukan? Kok bisa-bisanya ia berkata
kalau Jokowi menang, persoalan pelanggaran HAM akan dituntaskan. Duh mas
Hendro ini bagaimana ya? Bagai tak bercermin pada diri sendiri. Sudomo
pun jelas-jelas berkata kasus Talangsari adalah tanggungjawab Hendro.
Cerita kekejaman itu seperti apa? Bacalah sendiri di berita-berita masa
lalu. Ngeri !!
Lalu ada Agum Gumelar. Bila saya duduk bersamanya
makan siang di beberapa restoran di Jakarta, ia selalu mencibir soal
Prabowo. Tapi kalau saya tanya rincinya apa kekurangan orang itu, mas
Agum berkelit. Aneh ! Dan yang lebih aneh, tidak saya sangka lelaki yang
sudah pernah jadi menteri tapi antusias mencalonkan diri jadi presiden
hingga gubernur ini, melontarkan ketidaksenangannya terhadap Prabowo
terang-terangan di muka publik. Bagai bukan pengemban Sapta Marga. Bagai
bukan seorang prajurit saja yang saling kasih terhadap koleganya sesama
prajurit. Belum lagi mencermati Luhut Panjaitan berbicara…, saya hanya
bisa geleng-geleng kepala.
Saya hanya
sekadar membandingkan, bila ada kejadian di dunia kedokteran, sang
dokter melakukan mal praktek, salah diagnosa, diprotes keras oleh pasien
dan diberitakan ke mana-mana, pernahkah kita mendengar sesama dokter
lain yang ikut menabuh gong, menista, membuka segala kekurangan
koleganya, apalagi kalau itu hanya karena fitnah rekayasa dan berunsur
dengki? Pernah tidak? Para dokter akan sangat santun menutup mulut
mereka rapat-rapat. Biarlah ditangani oleh yang berwajib. Bukan
ditambahi dengan cerita apapun antar sesama kolega. Mengapa tentara
Indonesia yang namanya saya sebut tadi tidak mampu berperilaku serupa
dokter-dokter itu? Saya belum lama ini mengobrol dengan bapak Azwar Anas
yang sudah mendekati renta. Air matanya berlinang saat mengucapkan kata
Agum, Hendro, Luhut..”Mereka mungkin lupa pada Sapta Marga”, katanya
lirih. Juga Menkopolhukam Djoko, saya tanya mengapa rekan-rekanmu
seperti itu kelakuannya? “Saya sudah
menegur Hendro”, jawabnya.
Belum
lagi Wiranto. Makin hari makin banyak berita yang menceritakan
kebenaran yang sesungguhnya. Sampai-sampai, Elza Syarief dan Fuad
Bawazir sesama Hanura akhirnya mengungkap di publik tentang Wiranto
terhadap kejadian Prabowo. Orang ini saat jadi ajudan presiden Suharto,
saya berada di dekatnya pada tempat bekerja yang sama. Wiranto tak
pernah murah senyum. Ia kaku, terkesan angkuh, tak banyak bicara. Tetapi
ada beberapa menteri berkata kepada saya kala itu, Wiranto memang
cerdas dan cepat tanggap dalam bekerja, menghubungkan antara urusan
menteri ke presiden. Apapun, saya hanya bisa geleng-geleng kepala bila
cerita tentang Wiranto cuci tangan terhadap urusan Prabowo yang
dihinadina dan dituduh segala kekejamannya, juga cerita bahwa dialah
sebenarnya salah satu penyebab Titiek dan Prabowo bercerai ( yang sudah
saya, kita, baca di media on line ), dia jugalah yang melempar fitnah
bahwa Prabowo akan melakukan kudeta…, ya, sekali lagi, apabila ini
memang benar dia pelaku penyerang fitnah, alangkah super kejamnya….
Prabowo
pernah berkata dalam menghadapi berbagai problem yang menimpa dirinya,
“Sudah tidak gila saja saya sudah bagus..”, menjadi kata-kata yang
terngiang di telinga saya. Dengan amat sadar, saya bayangkan bila kita
memiliki anak, cucu, atau menantu, yang dituduh keji, fitnah yang
terpelihara tahun-tahunan tanpa pengadilan tanpa bukti dan didiamkan
hingga kekuasaan 5 presiden, bisakah kita hidup bergembira? Oya, juga
pesan bagi keluarga kita bila salah satu anggota keluarga kita ingin
menciptakan kesejahteraan bangsa ini, yang kenyang nyaris ‘mampus’ di
medan laga, manakala teman-teman atau adik-adik kelasnya orang-orang
sipil yang masih bisa menikmati kopi hangat di kafe sejuk, menikmati mal
hingga musik metal, sementara ia sudah mengalami didorong ke lautan
lepas atau dari ketinggian langit, hingga hampir dibakar hidup-hidup di
dalam hutan demi membela negara, tapi senantiasa dihina, dikecam,
disebar gosip bengis jahat dan dianggap monster, lagi-lagi, riang
hatikah hidup kita menghadapi hal semacam ini??
Semoga saya,
keluarga besar saya, tidak didera fitnah keji serta pembunuhan karakter
yang kejam. Tak ingin dicubit, maka janganlah mencubit……
Sumber: pkssumut.or.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Saat Fitnah untuk Prabowo Saya Cermati | Oleh: Linda Djalil "
Posting Komentar