Jakarta - Sistem marketing atau kampanye calon presiden (capres) Joko
Widodo (Jokowi) kerap membuahkan hasil dalam setiap pesta demokrasi.
Jokowi selalu dianggap merakyat.
Jika di Pilkada Solo Jokowi berpura-pura menjadi seorang tukang tambal
ban dan penarik becak, berbeda halnya ketika Jokowi menghadapi Pilpres
2014. Jokowi lebih memilih mengendarai bajaj menuju Komisi Pemilihan
Umum (KPU) ketika mengikuti undian pasangan capres-cawapres.
"Selama ini marketing populisme Jokowi memang sangat berhasil. Saat
Pilkada Solo, lebih ekstrem lagi, Jokowi berpose jadi tukang tambal ban
dan tukang penarik becak. Ia menang setelah itu," kata pengamat politik
UIN Jakarta, Zaki Mubarak, kepada INILAHCOM, di Jakarta, Selasa
(3/6/2014).
Hal itu menanggapi soal Jokowi-Jusuf Kalla yang mengendarai bajaj
berbahan bakar gas mendatangi KPU guna mengikuti undian pasangan
capres-cawapres. Sementara Prabowo-Hatta Rajasa dengan menggunakan mobil
Lexus yang biasa dipakai Prabowo.
Menurutnya, sikap sederhana Jokowi tidak lebih sekadar pencitraan untuk
menarik perhatian publik. "Itukan mau dikesankan Jokowi sangat
merakyat," katanya.
Semestinya, kata Zaki, sistem demokrasi modern lebih mengedepankan
kekuatan gagasan dan argument. Ruang itu yang harusnya dimanfaatkan
secara optimal oleh para kandidat, bukan malah meningkatkan pencitraan
di hadapan publik.
"Sehingga publik mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari visi dan
program kandidat. Bukan tampilan luarnya saja," tegas Zaki. [mes/inilah)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Pengamat: Kesederhanaan Jokowi Hanya Pencitraan "
Posting Komentar