Langsung ke konten utama

Kisah Cuti Seorang Jokowi

Oleh Abdullah Sammy
(Wartawan Republika)

 
Sebelum memulai tulisan ini, saya ingin menyatakan bahwa artikel saya ini bukan dibuat oleh tim. In Sya Allah karya ini asli, bukan kebohongan intelektualitas demi popularitas.


Memang, akhir-akhir ini agak sulit memastikan keaslian sebuah artikel opini. Bisa jadi, orang yang mengaku sebagai penulis hanya menyampaikan pokok-pokok pikirannya saja, sedangkan timlah yang merumuskan kata-katanya.

 

Saya ulangi sekali lagi, tulisan ini adalah karya yang ditulis sendiri. Banyak waktu untuk merumuskan tulisan ini, kendati saya belum dalam masa cuti.
 

Di dunia kerja, terutama media, mengajukan izin cuti memang tak pernah mudah, terlebih cuti ratusan hari. Jika mau mendapat cuti panjang yang mudah, barangkali lebih baik banting setir saja menjadi politisi.
 

Bayangkan saja, DPR bisa dibuat sepi karena anggotanya izin obral janji. Seorang gubernur seperti Jokowi pun hanya dalam hitungan hari bisa mengajukan cuti panjang demi misinya duduk di Istana Negara. Hebatnya lagi, semasa cuti itu para politisi dan gubernur ini tetap bisa menerima gaji yang uangnya dari keringat rakyat.
 

Tapi bukan berarti dengan cuti waktu politisi ini jadi lebih luang. Tengok saja yang dialami Jokowi. Dia sampai tak punya waktu untuk menuliskan tulisannya sendiri di sebuah media.
 

Dia perlu tangan-tangan pembantu untuk menghasilkan karya jurnalistik yang memiliki identitas penulis Jokowi semata. Terserah, apakah orang mau bilang itu wajar atau sebuah penipuan akademis. Masing-masing orang tentunya punya penafsiran pribadi.
 

Berbicara soal Jokowi, maka kita akan berbicara seseorang yang makin sulit diterka. Pada awal kemunculannya, banyak publik termasuk saya, akan mudah menerka siapa sosok pria asal Solo itu.
 

Sosok yang paling mudah diterka adalah sikap Jokowi yang out of the box. Dia mendobrak kemapanan pejabat dan birokrat di tanah air.
 

Bila sebelumnya pemimpin erat dengan jalur birokratis dan tetek bengek protokoler, Jokowi jadi antitesisnya. Dia bukan pemimpin yang sulit untuk dijangkau. Sebaliknya, Jokowi justru yang datang menjumpai rakyat. Maka akhirnya dikenal istilah blusukan sebagai trade mark Jokowi.
 

Bisa dikata, Jokowi adalah pejabat dengan tampilan rakyat jelata. Berkat tingkah polahnya itu Jokowi dapat simpati. Alasan lain orang menyukai Jokowi adalah gayanya yang tak neko-neko. Jokowi bukan pemimpin yang bersuara keras. Dia pun bukan pemimpin yang reaksioner pada pengkritik dan penghujat. Mungkin fans Jokowi yang justru jauh lebih reaksioner dibanding Jokowi sendiri.
 

Namun semakin hari, Jokowi malah tidak bisa ditebak. Terutama antara kata yang dia ucapkan dan perbuatan yang bertolakbelakang. Simak saja, awal tahun ini Jokowi sempat berujar bahwa dia tak mau bicara soal "copras-capres." Menurutnya, dia lebih mementingkan mengurusi banjir dan kemacetan di Ibu Kota.
 

Faktanya kini, urusan "copras-capres" jadi kesibukannya nomor satu. Urusan banjir dan kemacetan? Jawabannya cuti dulu.
 

Saya pun ingin mengutip ucapan Jokowi dalam jumpa pers di rumah Megawati Soekarnoputri pada 20 September 2012. Saat itu dia mengatakan akan memimpin Jakarta selama lima tahun dan tidak menjadi kutu loncat dengan mengikuti Pemilu 2014. Faktanya? Nilai saja sendiri kini.
 

Dan yang terbaru, Jokowi mengatakan akan membuat koalisi yang ramping demi efektifitas pemerintahan. Namun hanya dalam hitungan hari, ucapan itu tak terbukti. Koalisi ramping pun jadi makin gembrot dengan bergabungnya Partai Golkar.
 

Sulit rasanya menerka maksud dari ucapan dan janji Jokowi. Sebab nyatanya, ucapan dan perbuatan tak melulu sama. Sebuah sikap yang bisa menjadi bumerang bagi Jokowi dalam kontestasi pemilihan presiden 2014.
 

Namun apapun itu, Jokowi bisa bernafas lega karena kalaupun dirinya gagal di bursa presiden, dia masih punya pekerjaan. Jabatan pun masih di tangan. Sebab faktanya, dia masih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Hanya saja, sedang cuti demi mencari jabatan yang lebih tinggi.

Rasanya, lagu Koes Plus berjudul "Kembali ke Jakarta" pantas dinyanyikan Jokowi, apapun hasil Pemilu Presiden 9 Juli nanti. "Ke Jakarta aku kan kembali....Walaupun apa yang kan terjadi...."


*sumber: ROL

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Banjir di Tengah Pandemi, PKS Majalengka Ajak Masyarakat Berkontribusi

Kepanduan DPD PKS Majalengka memberikan sarapan pagi kepada warga terdampak banjir di Kadipaten, Senin (8/2) Ketua DPD PKS Majalengka Roni Setiawan mengajak para pembaca dan masyarakat berkontribusi dalam membantu musibah banjir yang terjadi hari Ahad (7/2). Sebab di tengah pandemi yang masih terjadi, banjir menjadi musibah baru di Majalengka tahun ini. “Ditengah pandemi yang belum ketahuan ujungnya, kita dilanda musibah banjir khususnya di wilayah Kadipaten dan  Majalengka Utara, Ligung, Jatitujuh, Kertajati, Palasah. Banjir ini memang rutin hampir tiap tahun. Hanya tahun ini saya fikir lebih sedih karena terjadi di tengah pandemi.” ungkapnya dalam pesan singkat kepada media majalengka.pks.id Senin (8/2) pagi. Lebih lanjut Roni berharap kepada siapapun, baik pembaca, netizen dan masyarakat bisa berkontribusi sedikit untuk meringankan beban mereka. “Sehingga kenyataan berat yang dihadapi ini, kiranya pada para pembaca bisa berkontribusi sedikit meringankan beban mereka. Insya Allah...

Ini Alasan 14 Parpol Non Parlemen Dukung Prabowo

Koalisi 14 partai politik non parlemen memberikan dukungan kepada Prabowo-Hatta Rajasa sebagai capres-cawapres pada pemilihan presiden 9 Juli 2014 mendatang. "Prabowo-Hatta merupakan dua tokoh yang mementingkan rakyatnya sehingga tidak mudah didikte negara lain. Prabowo-Hatta bukan capres boneka," kata Koordinator Nasional Aliansi Relawan Parpol Non-Parlemen Se-Indonesia, Arif Rahman, di Rumah Polonia, Jakarta, Rabu 4 Juni 2014. Selain itu, koalisi partai ini menyebutkan alasan lain. Menurut mereka, masih diperlukan duet militer sipil untuk memimpin Indonesia. "Untuk memimpin Indonesia, duet militer sipil masih dibutuhkan. Ini sesuai tantangan nasional dan internasional," ujar Arif Rahman. Selain itu, koalisi ini juga sepakat pasangan Prabowo-Hatta sebagai pasangan yang ideal dengan latar belakang yang jelas. Keduanya sosok yang mumpuni untuk memimpin bangsa ini. "Pak Prabowo orang yang tegas dengan latar belakangn...

Prabowo “Indonesia Harus Bangkit menjadi Negara Terhormat.”

BERGELORA. Capres Prabowo membakar semangat puluhan ribu pendukung yang memadati lapangan GGM Majalengka. MAJALENGKA – Calon Presiden Nomor urut SATU, Prabowo Subianto kampanye terbuka di lapangan Gelanggang Generasi Muda (GGM) Majalengka, Jum’at (27/8) sore. Dalam orasi politiknya dihadapan puluhan ribu masa yang hadir memadati lokasi kampanye, prabowo memaparkan beberapa strategi politik. Disampaikan prabowo, bangsa Indonesia harus bangkit menjadi negara terhormat di mata dunia. Pasalnya negara ini merupakan negara kaya khususnya sumber daya alam (SDA). Hal ini diakui oleh sejumlah tokoh ekonomi dunia dan perusahaan terbesar di dunia. “tokoh-tokoh ekonomi dunia dan perusahaan terbesar di dunia menyatakan bahwa negara kita adalah negara terkaya kelima di dunia. Terutama dari segi sumber daya alam. Tetapi sangat disayangkan penggunaan kekayaan ini tidak mengalir ke rakyat.”jelas Prabowo.   Letjen Komando pasukan khusus (kopassus) tahun 1996-1998 ini mengakui,...