Hukum Kemenangan

Oleh: Syaikh Yusuf Qordhowi
Sesungguhnya kemenangan itu tidak datang dengan sendirinya, tidak turun tanpa tujuan dan tidak diperoleh secara kebetulan.
Kemenangan mempunyai hukum dan aturan main, seperti yang diabadikan Allah Ta’ala dalam kitabNya, Al-Quranul Karim untuk diketahui oleh hamba-hambaNya yang mukmin yang digunakan melalui aturanNya dengan teliti dan hati-hati.
Hukum Pertama
Sesungguhnya kemenangan itu hanya dari sisi AllahTa’ala. Orang yang dimenangkan Allah tidak mungkin bisa dikalahkan oleh siapapun dan kapanpun juga, meskipun seluruh isi bumi bersatu padu hendak mengalahkannya. Begitu pula halnya orang yang dikalahkan Allah, maka tidak mungkin bisa menang meskipun ia memiliki pasukan dan perlengkapan yang banyak.
Demikianlah yang dikatakan Al-Qur’an dengan jelas dan gambling. Penegasan Allah ta’ala ini tidak bisa ditawar-tawar atau dikompromikan lagi.
FirmanNya,
“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.” (Q.S. Ali Imran: 160)
Dalam ayat lain Allah ta’ala juga mengingatkan umatNya,
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: ‘Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut’. Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Anfal: 9 – 10)
Adakalanya Allah memenangkan yang sedikit sehingga yang sedikit itu dapat menaklukkan yang banyak seperti peristiwa Thalut dan Jalut. Allah ta’ala telah memenangkan Thalut dan pasukannya sehingga mereka dapat mengalahkan Jalut dan pasukannya. Padahal pasukan dan perlengkapan Jalut lebih besar dan lebih lengkap. Pada mulanya pasukan Thalut merasa ngeri melihat pasukan Jalut yang megah dan tampak kuat. Mereka pada awalnya hamper pesimis dan rasanya tidak mungkin bisa mengalahkan pasukan Jalut. Tapi orang yang merasa yakin dan imannya telah kokoh berkata kepada mereka, “Berapa banyak yang terjadi, kaum yang sedikit mengalahkan kaum yang banyak, dengan ijin Allah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Untuk lebih jelasnya semua itu dipaparkan Allah ta’aladalam al-Qur’anul karim,
“Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: ‘Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku.’ Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: ‘Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.’ Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: ‘Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.’”(Q.S. Al-Baqarah: 249)
Adakalanya Allah ta’ala juga memenangkan orang yang tidak memiliki pasukan dan senjata sama sekali, seperti halnya Allah ta’ala telah memenangkan Muhammadshalallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau berada di dalam gua.
FirmanNya,
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: ‘Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita.’ maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah, dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. At-Taubah: 40)[1]
Hukum Kedua
Allah hanya menolong orang-orang yang telah menolongNya. Siapa yang menolong agamaNya maka barulah Allah akan menolongnya. Ini merupakan suatu hukum yang diundang-undangkan dalam bentuk syarat dan balasan, sebagaimana firmanNya,
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Q.S. Muhammad: 7)
Pada bagian lain Allah juga mengundang-undangkan perihal tersebut dalambentuk berita yang tetap, yang dikukuhkan dengan ‘laam al-qasam’ dan ‘nun taukid’ dalam firmanNya,
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa.” (Q.S. Al-Hajj: 40)
Dari ayat-ayat di atas kita dapat mengetahui bahwa orang-orang yang diberi pertolongan oleh Allah ta’alahanyalah orang-orang yang telah membela agamaNya dan yang telah menegakkan kalimatNya. Pertolongan Allah ta’ala bisa diperoleh bila kita mengundang-undangkan (menetapkan) syariatNya di tengah-tengah makhluk-Nya. Jaminan perihal itu diungkapkan menyusul dalam uraian kualitas orang yang membela dan dibela Allah ta’ala, yakni dalam surat Al-Hajj ayat 41,
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”(Q.S. Al-Hajj: 41)
Al-Quranul karim juga mengutarakan bahwa pembelaan Allah itu hanya bisa diraih dengan keimanan dan dengan menyiapkan diri menjadi pasukan Allah. Siapa yang beriman kepada Allah dengan iman yang sebenarnya, berarti ia telah membela Allah ta’ala dan sudah masuk menjadi pasukanNya.
“…dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (Q.S. Ar-Ruum: 47)
“…dan sesungguhnya tentara Kami Itulah yang pasti menang,” (Q.S. Ash-Shaffaat: 173)
Hukum Ketiga
Sesungguhnya pembelaan itu—dalam arti yang sebenarnya—hanya dapat diraih oleh kaum mukminin saja. Pembelaan Allah ta’ala diperoleh hanya untuk dan dengan kaum mukminin. Mereka adalah tujuan dan mesin pembelaan Allah ta’ala. Dalam hal ini Allah ta’alamenghadapkan firmanNya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai berikut,
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka Sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin.”(Q.S. Al-Anfal: 61 – 62)
Adakalanya Allah ta’ala menolong orang-orang yang ingin dimenangkannya dengan malaikat yang diturunkan dari langit ke bumi seperti dalam perang Badar, Khandaq dan Hunain. FirmanNya,
“(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman’. Kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.” (Q.S. Al-Anfal: 12)
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ahzab: 9)
“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.” (Q.S. At-Taubah: 26)
Adakalanya pula Allah ta’ala menolong orang yang ingin ditolongnya dengan fenomena alami yang diabdikan kepadanya dan ditimpakan kepada lawan-lawannya, seperti mendatangkan taufan yang memporak-porandakan pasukan kaum musyrikin dalam perang Khandaq. Hal ini tertuang dalam firmanNya,
“…lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. Al-Ahzab: 9)
Tidak hanya itu. Allah ta’ala juga pernah menurunkan air hujan sebagai rahmat kepada kaum mukmin dalam perang Badar.
“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu).” (Q.S. Al-Anfal: 11)
Adakalanya juga Allah ta’ala menolong orang yang ingin ditolongnya dengan tangan musuh-musuhNya dan musuh-musuh mereka sendiri, yakni dengan menuangkan rasa takut dan ngeri ke dalam hati mereka. Hal ini pernah dilakukan Allah ta’ala terhadap Yahudi Bani An-Nadhir yang dikisahkan dalam firmanNya,
“Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan.” (Q.S. Al-Hasyr: 2)
Ternyata orang-orang kafir Bani Nadhir merobohkan rumah-rumah mereka dengan tangannya sendiri dan dengan tangan kaum mukmin. Ini dilakukan kaum kafir itu karena rasa takutnya terhadap orang-orang mukmin.
Dari keterangan di atas semakin jelaslah bahwa berfungsinya ‘mesin’ pertolongan Allah semua tergantung pada adanya kaum mukmin.
Malaikat yang turun di Badar tidak turun tanpa tujuan. Allah berfirman kepada mereka,
“Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman”. (Q.S. Al-Anfal: 12)
Dalam perang Ahzab atau perang Khandaq, Allah mengirimkan angin badai dan pasukan lainnya pada waktu kaum mukmin menderita cobaan berat. Dalam firmanNya Allah ta’ala mengatakan mengenai cobaan ini,
“Disitulah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.” (Q.S. Al-Ahzab: 11)
Dalam perang Hunain Allah menurunkan ketenanganNya kepada rasulNya dan kepada kaum mukminin sebagaimana dilukiskan dalam surat At-Taubah ayat 26,
“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya…” (Q.S. At-Taubah: 26)
 (Diambil dari Jiil An Nashr Al Mansyuud, terjemah H. Salim Basyarahil, Gema Insani Press Jakarta)
 [1]Maksudnya: orang-orang kafir telah sepakat hendak membunuh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, maka Allah s.w.t. memberitahukan maksud jahat orang-orang kafir itu kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. karena itu beliau keluar dengan ditemani oleh Abu Bakar dari Mekah dalam perjalanannya ke Madinah beliau bersembunyi di suatu gua di bukit Tsur.
Sumber: Al-Intima (www.pksbalikpapantengah.org)

0 Response to "Hukum Kemenangan "

Posting Komentar