BANDUNG - Pertumbuhan ekonomi Jabar pada tahun 2013 yang
didasarkan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mengalami
pertumbuhan di atas pertumbuhan ekonomi nasional.
PDRB Jabar pada tahun lalu tumbuh sebesar 6,06 persen sementara
pertumbuhan nasional 5,7 persen. Sebabnya, pertumbuhan terjadi hampir
pada semua sektor ekonomi kecuali sektor pertambangan dan penggalian.
“Besaran PDRB Jabar tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai Rp
1.070,18 triliun. Angka tersebut memberikan kontribusi cukup signifikan
terhadap PDB Indonesia atas dasar harga berlaku yang mencapai Rp 9.084
triliun,” kata Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan
Pusat Statistik (BPS) Jabar, Ade Rika Agus di BPS Jabar, Jln. PHH
Mustopa, Bandung, Rabu (5/2/2014).
Menurutnya, hal ini merupakan pencapaian nilai tambah yang cukup baik
mengingat pada tahun-tahun sebelumnya besaran PDRB Jabar atas dasar
harga berlaku belum pernah mencapai Rp 1.000 triliun.
“Adanya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan nasional
karena Jabar menjadikan sektor sekunder dan tersier sebagai fondasi
perekonomian. Dengan demikian, larangan ekspor bahan mentah tidak
memengaruhi secara signifikan. Sementara perekonomian nasional
mendapatkan kontribusi yang cukup besar dari sektor primer tersebut dan
larangannya pun memberikan efek yang lebih tinggi,” ujar Rika.
Sementara itu, Manager Economic Research and Public Relation Division
Bank Indonesia Regional VI, Wahyu Ari Wibowo mengatakan, banjir ternyata
menjadi penyebab utama tingginya inflasi di Jabar pada Januari 2014
lalu. Sebab, hal tersebut telah mengakibatkan meningkatnya harga
sejumlah komoditas terutama komoditas bahan makanan dan biaya
transportasi.
“Kami telah melakukan revisi mengenai penyebab utama melonjaknya inflasi
di Jabar sebesar 0,98 persen. Awalnya kami memperkirakan penyebab utama
melonjaknya inflasi disebabkan meningkatnya harga komoditas pangan yang
dipicu oleh kenaikan harga gas elpiji 12 kg. Akan tetapi, belakangan
diketahui banjir telah menjadi penyebab utama hal tersebut,” ujar Wahyu.
Bahkan menurutnya, selama beberapa tahun terakhir, belum pernah ada
bencana alam yang secara merata dan luas di sejumlah daerah seperti saat
ini.
Dengan demikian, dampaknya terhadap inflasi pun merupakan yang paling
besar selama beberapa tahun terakhir. Banjir telah menghambat distribusi
barang, distribusi jasa, dan produktivitas komoditas pertanian.
Ketika ditanyakan mengenai perkiraan inflasi Jabar pada tahun ini, ia
mengatakan, inflasi yang tinggi pada tahun lalu tidak akan terjadi
kembali. Sebab, kondisi akan jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun
lalu inflasi didorong oleh sejumlah pemicu seperti kenaikan harga BBM
dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. (A-207/A-89)***
*sumber: Pikiran Rakyat, Kamis (6 Februari 2014)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Pertumbuhan Ekonomi Jabar di Atas Nasional "
Posting Komentar