Langsung ke konten utama

Taujih Ustadz Abu Ridho: Peta Menuju Kemenangan


“Setiap tujuan mempunyai satu proses yang khas,” demikian salah satu isi taujih yang disampaikan Ustadz Abu Ridho.

Ini berarti, tidak pernah ada sebuah kemenangan yang diperoleh tanpa kekuatan tekad, kesungguhan dan sandaran yang benar. Nasehat tersebut beliau sampaikan dalam acara Tasqif Pemenangan yang diadakan DPC PKS Pulogadung, Jakarta Timur, 25 Desember kemarin. 

Lantas, bagaimanakah proses yang harus kita lalui untuk kemenangan dakwah? Titik-titik apa sajakah yang perlu kita perhatikan, dan bagaimana peta perjalanan menuju kemenangan itu? Berikut ini catatan singkat saya atas uraian tentang komponen proses menuju kemenangan yang disampaikan salah satu deklarator PKS bernama lengkap Abdi Sumaithi ini. 

Untuk mencapai kemenangan, secara garis besar ada dua komponen utama yang sangat menentukan, yaitu bidayatul ‘amal dan khawatimul ‘amal.  

Bidayatul ‘Amal

Bidayatul ‘amal itu di dalamnya terkandung “azam” atau tekad. Untuk mencapai tujuan, setiap individu maupun organisasi harus mempunyai tekad, juga niat. Tekad dan niat  harus kuat. Jika tekad dan niat kita lemah, seluruh proses selanjutnya juga akan lemah.

Itulah sebabnya, kata Rosululloh SAW, Innamal a’malu binniyah. Segala sesuatu tergantung kepada niatnya.  

Di dalam konteks politik (amal siyasi), azam dan niat tersebut dapat terwujud dan menghantarkan kita kepada tujuan yang ingin kita capai jika terdapat tiga faktor penting di dalamnya. Ketiga faktor tersebut adalah: 

Pertama, moralitas yang kuat; setiap orang diantara kita harus teguh, memiliki motivasi yang kuat, sabar, tahan banting, dan tidak mudah menyerah. Kedua, kepemimpinan yang  bijak. Kepemimpinan ini sangat penting dalam menggerakkan organisasi. Ketiga, struktur yang solid. Ini mengingatkan kita untuk tidak saling gontok-gontokan di dalam struktur, harus kompak dan kokoh.

Meskipun masuk ke dalam ranah politik, kita harus mengingat bahwa upaya mencapai tujuan ini tetap ada dalam bingkai “gerakan dakwah”. Karena itu, jangan dilupakan tentang pentingnya unsur Allah. Kedekatan dengan Allah itu justru akan sangat menentukan. Sebab, kemenangan yang kita idam-idamkan itu asalnya pun dari Allah.

Kedekatan dengan Allah itu juga berarti bahwa kita jangan sampai melakukan kemaksiatan. Memang ada kemungkinan kemenangan diberikan kepada mereka yang melakukan kemaksiatan. Kemenangan seperti ini sebetulnya bukan kemenangan sejati, melainkan istidroj. Allah menunda siksanya, untuk suatu saat diberikan hukuman yang jauh lebih berat. Diangkat dulu, baru kemudian diterbalikkan. Agar kemenangan kita bukan istidroj, kita harus berserah diri. Bertawakkal kepada Allah SWT. 

Selanjutnya, ketika ketiga faktor tadi sudah terdapat dalam gerakan politik yang kita lakukan, maka akan lahirlah gerakan politik yang memiliki nilai-nilai jihadiyah, itqon dan tawakkal. Sebuah gerakan yang sejak jaman dahulu telah melahirkan banyak kemenangan.

Meskipun demikian, bukan berarti bahwa gerakan politik yang telah memiliki ketiga faktor tadi akan menjamin tercapainya tujuan yang kita cita-citakan. Masih diperlukan faktor-faktor penguat lagi. Faktor pengugat tersebut adalah: istiqomah, istimroriyah, himmah dan jiddiyah. 

Istiqomah itu konsisten. Dari keisqomahan atau konsistensi tersebut akan melahirkan faktor penguat yang kedua, yaitu “istimroriyah” atau keberlanjutan. Artinya, usaha-usaha dan kerja-kerja dakwah tersebut bukan hanya kerja satu atau dua kali, tetapi dilakukan secara terus menerus. Tidak hanya pada saat pemilu saja, melainkan sepanjang waktu.

Selain istiqomah dan istimroriyah, juga perlu adanya himmah. Dengan himmah kita tidak akan menentapkan target yang standar atau yang biasa-biasa saja. Tetapi, target-target yang menantang. Target yang tidak alakadarnya akan mempengaruhi seberapa kuat kesungguhan (jiddiyah, faktor keempat) kita dalam mengejar cita-cita tersebut. 

Demikianlah proses dan titik-titik dari azam hingga lahirnya sebuah gerakan yang mempunyai nilai-nilai jihadiyah,itqon dan tawakkal kepada Allah SWT.

Khawatimul ‘Amal

Kepada siapa kita arahkan kerja-kerja dakwah yang dilandasi seluruh faktor di atas tadi? Jawabannya tentu saja dua: yaitu kepada mereka-mereka yang ada di dalam (internal) dan yang di keluar (eksternal). Karena itulah, di dalam proses menuju kemenangan, yang juga harus dilakukan selanjutnya adalah konsolidasi dan ekspansi.

Di tahap konsolidasi, yang harus dikonsolidasi adalah opini dan psikologi seluruh kader. Harus ada keseragaman terlebih dahulu di kalangan kader. Konsolidasi dan keseragaman ini sangat penting sebelum melakukan konsolidasi tahap berikutnya, yaitu konsolidasi gerakan.

Sama seperti di tahap bidayatul ‘amal, di tahap konsolidasi ini pun karakter dakwah yang mendasari seluruh gerakan kepada hanya Allah tetap harus menonjol. Maka, yang dikonsolidasi bukan hanya manusia dan lingkungan, jiwa dan raga kita juga harus dikonsolidasi kembali dan didekatkan lagi kepada Allah. Ini karakter dakwah, sehingga gerakan yang kita lakukan tetap menunjukkan bahwa yang kita cari adalah ridho Allah.

Dengan mendekatkan diri kepada Allah ini, insyaAllah yang akan mendapatkan ta’yidulloh atau dukungan Allah SWT. 

Begitu juga dukungan publik, insyaAllah akan kita dapatkan pula. Syaratnya, kita melakukan langkah-langkah yang kita sebut dengan langkah ekspansif. 

Jadi, bukan hanya mengarahkan kerja-kerja dakwah dalam bentuk penyebaran opini, gagasan, psikologi maupun gerakan ke kalangan internal, melainkan juga ke eksternal, ke masyarakat umum dan lingkaran yang lebih luas lagi.

Sampai di sini, kerja-kerja dakwah menuju kemenangan hampir sempurna. Meskipun demikian, kita tidak boleh melupakan masa-masa yang disebut dengan “masa kritis”, yaitu masa di mana serangan-serangan mungkin menghantam perjalanan kita menuju kemenangan.

Mulai dari munculnya badai krisis, saat meningkat maupun mereda, yang harus kita lakukan adalah tetap tegar, sabar, dan waspada. Jangan lengah karena mungkin saja saat mereda, muncul lagi badai-badai lain yang lebih besar.

Selanjutnya adalah tahap yang disebut khawatimul a’mal. Di sinilah kita diuji untuk menuntaskan seluruh proses dari awal hingga akhir dengan baik. Kerja-kerja yang kita lakukan harus tetap kita tujukan untuk mencapai cita-cita yang kita rancang sejak awal.

Manakala seluruh proses itu kita lewati, dan kita bisa finishing seluruh proses dengan benar dan tetap sesuai dengan tujuan awal, di titik inilah kita sampai pada kemenangan, yaitu sukses mencapai cita-cita politik kita.

Inilah peta menuju kemenangan. Pengurus-pengurus di struktur partai maupun kader bisa menyusun kerangka acuan ini menjadi bagian yang lebih rinci lagi. Sehingga setiap orang dapat mengetahui apa-apa saja yang harus dilakukan.


*by Mochamad Husni
@mochus




:: PKS PIYUNGAN
“Setiap tujuan mempunyai satu proses yang khas,” demikian salah satu isi taujih yang disampaikan Ustadz Abu Ridho.

Ini berarti, tidak pernah ada sebuah kemenangan yang diperoleh tanpa kekuatan tekad, kesungguhan dan sandaran yang benar. Nasehat tersebut beliau sampaikan dalam acara Tasqif Pemenangan yang diadakan DPC PKS Pulogadung, Jakarta Timur, 25 Desember kemarin. 

Lantas, bagaimanakah proses yang harus kita lalui untuk kemenangan dakwah? Titik-titik apa sajakah yang perlu kita perhatikan, dan bagaimana peta perjalanan menuju kemenangan itu? Berikut ini catatan singkat saya atas uraian tentang komponen proses menuju kemenangan yang disampaikan salah satu deklarator PKS bernama lengkap Abdi Sumaithi ini. 

Untuk mencapai kemenangan, secara garis besar ada dua komponen utama yang sangat menentukan, yaitu bidayatul ‘amal dan khawatimul ‘amal.  

Bidayatul ‘Amal

Bidayatul ‘amal itu di dalamnya terkandung “azam” atau tekad. Untuk mencapai tujuan, setiap individu maupun organisasi harus mempunyai tekad, juga niat. Tekad dan niat  harus kuat. Jika tekad dan niat kita lemah, seluruh proses selanjutnya juga akan lemah.

Itulah sebabnya, kata Rosululloh SAW, Innamal a’malu binniyah. Segala sesuatu tergantung kepada niatnya.  

Di dalam konteks politik (amal siyasi), azam dan niat tersebut dapat terwujud dan menghantarkan kita kepada tujuan yang ingin kita capai jika terdapat tiga faktor penting di dalamnya. Ketiga faktor tersebut adalah: 

Pertama, moralitas yang kuat; setiap orang diantara kita harus teguh, memiliki motivasi yang kuat, sabar, tahan banting, dan tidak mudah menyerah. Kedua, kepemimpinan yang  bijak. Kepemimpinan ini sangat penting dalam menggerakkan organisasi. Ketiga, struktur yang solid. Ini mengingatkan kita untuk tidak saling gontok-gontokan di dalam struktur, harus kompak dan kokoh.

Meskipun masuk ke dalam ranah politik, kita harus mengingat bahwa upaya mencapai tujuan ini tetap ada dalam bingkai “gerakan dakwah”. Karena itu, jangan dilupakan tentang pentingnya unsur Allah. Kedekatan dengan Allah itu justru akan sangat menentukan. Sebab, kemenangan yang kita idam-idamkan itu asalnya pun dari Allah.

Kedekatan dengan Allah itu juga berarti bahwa kita jangan sampai melakukan kemaksiatan. Memang ada kemungkinan kemenangan diberikan kepada mereka yang melakukan kemaksiatan. Kemenangan seperti ini sebetulnya bukan kemenangan sejati, melainkan istidroj. Allah menunda siksanya, untuk suatu saat diberikan hukuman yang jauh lebih berat. Diangkat dulu, baru kemudian diterbalikkan. Agar kemenangan kita bukan istidroj, kita harus berserah diri. Bertawakkal kepada Allah SWT. 

Selanjutnya, ketika ketiga faktor tadi sudah terdapat dalam gerakan politik yang kita lakukan, maka akan lahirlah gerakan politik yang memiliki nilai-nilai jihadiyah, itqon dan tawakkal. Sebuah gerakan yang sejak jaman dahulu telah melahirkan banyak kemenangan.

Meskipun demikian, bukan berarti bahwa gerakan politik yang telah memiliki ketiga faktor tadi akan menjamin tercapainya tujuan yang kita cita-citakan. Masih diperlukan faktor-faktor penguat lagi. Faktor pengugat tersebut adalah: istiqomah, istimroriyah, himmah dan jiddiyah. 

Istiqomah itu konsisten. Dari keisqomahan atau konsistensi tersebut akan melahirkan faktor penguat yang kedua, yaitu “istimroriyah” atau keberlanjutan. Artinya, usaha-usaha dan kerja-kerja dakwah tersebut bukan hanya kerja satu atau dua kali, tetapi dilakukan secara terus menerus. Tidak hanya pada saat pemilu saja, melainkan sepanjang waktu.

Selain istiqomah dan istimroriyah, juga perlu adanya himmah. Dengan himmah kita tidak akan menentapkan target yang standar atau yang biasa-biasa saja. Tetapi, target-target yang menantang. Target yang tidak alakadarnya akan mempengaruhi seberapa kuat kesungguhan (jiddiyah, faktor keempat) kita dalam mengejar cita-cita tersebut. 

Demikianlah proses dan titik-titik dari azam hingga lahirnya sebuah gerakan yang mempunyai nilai-nilai jihadiyah,itqon dan tawakkal kepada Allah SWT.

Khawatimul ‘Amal

Kepada siapa kita arahkan kerja-kerja dakwah yang dilandasi seluruh faktor di atas tadi? Jawabannya tentu saja dua: yaitu kepada mereka-mereka yang ada di dalam (internal) dan yang di keluar (eksternal). Karena itulah, di dalam proses menuju kemenangan, yang juga harus dilakukan selanjutnya adalah konsolidasi dan ekspansi.

Di tahap konsolidasi, yang harus dikonsolidasi adalah opini dan psikologi seluruh kader. Harus ada keseragaman terlebih dahulu di kalangan kader. Konsolidasi dan keseragaman ini sangat penting sebelum melakukan konsolidasi tahap berikutnya, yaitu konsolidasi gerakan.

Sama seperti di tahap bidayatul ‘amal, di tahap konsolidasi ini pun karakter dakwah yang mendasari seluruh gerakan kepada hanya Allah tetap harus menonjol. Maka, yang dikonsolidasi bukan hanya manusia dan lingkungan, jiwa dan raga kita juga harus dikonsolidasi kembali dan didekatkan lagi kepada Allah. Ini karakter dakwah, sehingga gerakan yang kita lakukan tetap menunjukkan bahwa yang kita cari adalah ridho Allah.

Dengan mendekatkan diri kepada Allah ini, insyaAllah yang akan mendapatkan ta’yidulloh atau dukungan Allah SWT. 

Begitu juga dukungan publik, insyaAllah akan kita dapatkan pula. Syaratnya, kita melakukan langkah-langkah yang kita sebut dengan langkah ekspansif. 

Jadi, bukan hanya mengarahkan kerja-kerja dakwah dalam bentuk penyebaran opini, gagasan, psikologi maupun gerakan ke kalangan internal, melainkan juga ke eksternal, ke masyarakat umum dan lingkaran yang lebih luas lagi.

Sampai di sini, kerja-kerja dakwah menuju kemenangan hampir sempurna. Meskipun demikian, kita tidak boleh melupakan masa-masa yang disebut dengan “masa kritis”, yaitu masa di mana serangan-serangan mungkin menghantam perjalanan kita menuju kemenangan.

Mulai dari munculnya badai krisis, saat meningkat maupun mereda, yang harus kita lakukan adalah tetap tegar, sabar, dan waspada. Jangan lengah karena mungkin saja saat mereda, muncul lagi badai-badai lain yang lebih besar.

Selanjutnya adalah tahap yang disebut khawatimul a’mal. Di sinilah kita diuji untuk menuntaskan seluruh proses dari awal hingga akhir dengan baik. Kerja-kerja yang kita lakukan harus tetap kita tujukan untuk mencapai cita-cita yang kita rancang sejak awal.

Manakala seluruh proses itu kita lewati, dan kita bisa finishing seluruh proses dengan benar dan tetap sesuai dengan tujuan awal, di titik inilah kita sampai pada kemenangan, yaitu sukses mencapai cita-cita politik kita.

Inilah peta menuju kemenangan. Pengurus-pengurus di struktur partai maupun kader bisa menyusun kerangka acuan ini menjadi bagian yang lebih rinci lagi. Sehingga setiap orang dapat mengetahui apa-apa saja yang harus dilakukan.


*by Mochamad Husni
@mochus

*HrS*
:: PKS PIYUNGAN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Banjir di Tengah Pandemi, PKS Majalengka Ajak Masyarakat Berkontribusi

Kepanduan DPD PKS Majalengka memberikan sarapan pagi kepada warga terdampak banjir di Kadipaten, Senin (8/2) Ketua DPD PKS Majalengka Roni Setiawan mengajak para pembaca dan masyarakat berkontribusi dalam membantu musibah banjir yang terjadi hari Ahad (7/2). Sebab di tengah pandemi yang masih terjadi, banjir menjadi musibah baru di Majalengka tahun ini. “Ditengah pandemi yang belum ketahuan ujungnya, kita dilanda musibah banjir khususnya di wilayah Kadipaten dan  Majalengka Utara, Ligung, Jatitujuh, Kertajati, Palasah. Banjir ini memang rutin hampir tiap tahun. Hanya tahun ini saya fikir lebih sedih karena terjadi di tengah pandemi.” ungkapnya dalam pesan singkat kepada media majalengka.pks.id Senin (8/2) pagi. Lebih lanjut Roni berharap kepada siapapun, baik pembaca, netizen dan masyarakat bisa berkontribusi sedikit untuk meringankan beban mereka. “Sehingga kenyataan berat yang dihadapi ini, kiranya pada para pembaca bisa berkontribusi sedikit meringankan beban mereka. Insya Allah...

Ini Alasan 14 Parpol Non Parlemen Dukung Prabowo

Koalisi 14 partai politik non parlemen memberikan dukungan kepada Prabowo-Hatta Rajasa sebagai capres-cawapres pada pemilihan presiden 9 Juli 2014 mendatang. "Prabowo-Hatta merupakan dua tokoh yang mementingkan rakyatnya sehingga tidak mudah didikte negara lain. Prabowo-Hatta bukan capres boneka," kata Koordinator Nasional Aliansi Relawan Parpol Non-Parlemen Se-Indonesia, Arif Rahman, di Rumah Polonia, Jakarta, Rabu 4 Juni 2014. Selain itu, koalisi partai ini menyebutkan alasan lain. Menurut mereka, masih diperlukan duet militer sipil untuk memimpin Indonesia. "Untuk memimpin Indonesia, duet militer sipil masih dibutuhkan. Ini sesuai tantangan nasional dan internasional," ujar Arif Rahman. Selain itu, koalisi ini juga sepakat pasangan Prabowo-Hatta sebagai pasangan yang ideal dengan latar belakang yang jelas. Keduanya sosok yang mumpuni untuk memimpin bangsa ini. "Pak Prabowo orang yang tegas dengan latar belakangn...

Prabowo “Indonesia Harus Bangkit menjadi Negara Terhormat.”

BERGELORA. Capres Prabowo membakar semangat puluhan ribu pendukung yang memadati lapangan GGM Majalengka. MAJALENGKA – Calon Presiden Nomor urut SATU, Prabowo Subianto kampanye terbuka di lapangan Gelanggang Generasi Muda (GGM) Majalengka, Jum’at (27/8) sore. Dalam orasi politiknya dihadapan puluhan ribu masa yang hadir memadati lokasi kampanye, prabowo memaparkan beberapa strategi politik. Disampaikan prabowo, bangsa Indonesia harus bangkit menjadi negara terhormat di mata dunia. Pasalnya negara ini merupakan negara kaya khususnya sumber daya alam (SDA). Hal ini diakui oleh sejumlah tokoh ekonomi dunia dan perusahaan terbesar di dunia. “tokoh-tokoh ekonomi dunia dan perusahaan terbesar di dunia menyatakan bahwa negara kita adalah negara terkaya kelima di dunia. Terutama dari segi sumber daya alam. Tetapi sangat disayangkan penggunaan kekayaan ini tidak mengalir ke rakyat.”jelas Prabowo.   Letjen Komando pasukan khusus (kopassus) tahun 1996-1998 ini mengakui,...