Langsung ke konten utama

Peneliti LIPI Prof Siti Zuhro: Gubernur Berprestasi Layak Jadi RI 1


BANDUNG - Peneliti senior Pusat Penelitian Politik LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Prof. Dr. R. Siti Zuhro mengajak seluruh elemen demokrasi mempertimbangkan secara matang rektutmen kepala daerah sebagai kandidat presiden atau wakil presiden 2014-2019.
Zuhro mengatakan hal itu saat menjadi narasumber Forum Diskusi Inilah Demokrasi: Peluang Pemimpin Daerah Menuju Istana, yang digelar INILAH.COM di Kota Bandung, Minggu, 22 Desember 2013.
Pembicara lain forum diskusi demokrasi yang dimoderatori Direktur Pemberitaan LKBN Antara, Ahmad Husaini, yakni Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Diskusi diikuti sekitar 100 wartawan dan akademisi asal Bandung dan Jakarta.
Forum diskusi memaparkan, pola perekrutan kepala daerah (gubernur) telah diterapkan sejumlah negara maju. Bahkan negara kampiun demokrasi Amerika Serikat (AS) memiliki sepertiga jumlah presidennya, sebelumnya menjabat gubernur.
Tercatat 16 presiden AS berlatarbelakang kepala daerah, 23 senator, 13 wakil presiden, dan enam dari kelompok lain-lain (pengusaha, militer, pengacara).
Para gubernur yang dipercaya menjadi pemimpin Gedung Putih, antara lain: Theodore Roosevelt, Ronald Wilson Reagen, William Jefferson Clinton, George Walker Bush, Thomas Jefferson, James Monroe, Andrew Jackson, Martin Van Buren.
Zuhro mengatakan, perektutan kepala daerah menjadi orang pertama atau kedua di satu negara sangat beralasan. Bila sang kepala daerah nyata berprestasi, yang bersangkutan dipastikan menguasai aspek pengelolaan birokrasi.
Pada saat yang sama, sebagaian besar manajemen negara berkutat di sekitar masalah pemerintah pusat memberdayakan pemerintah daerah menggerakkan roda pembangunan.
Masalahnya, menurut Zuhro, partai politik (parpol) di Indonesia masih menafikan pola perekrutan kepala daerah untuk mengisi kursi RI 1 atau RI 2. Seluruh parpol masih menempatkan ketua umumnya sebagai pemilik tunggal calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres).
Zuhro berpendapat, gubernur yang layak maju ke pentas nasional tentu yang menunjukkan prestasi selama menjabat. Mereka tidak cacat moral dan hukum.
"Kita sekarang memiliki Gubernur Jawa Barat (Ahmad Heryawan), Gubernur DKI Jokowi, Pakde Karwo (Gubernur Jawa Timur), atau Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo," tandas Zuhro.
Ditambahkan, media massa dan kelompok civil society perlu mendorong salah satu jalur pemimpin nasional ini. Bila perlu mendesak parpol demi diperolehnya sosok pemimpin terbaik untuk kemajuan Indonesia ke depan.
"Seharusnya, tokoh yang sudah pernah nyapres tidak perlu maju lagi. Malu nanti. Kita butuh regenerasi, darah segar yang kuat, tidak loyo tidak deadlock. Merekrut kepala daerah adalah terobosan bagus," ulas Peneliti lagi.
Sementara Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, ketika ditanya peserta diskusi soal kelayakannya maju ke arena Pemilu 2014 menyatakan, ia tak berhak menjawab dirinya mumpuni atau tidak.
"Saya menyerahkan kepada rakyat. Kalau saya mengatakan diri layak, itu bentuk arogan," tukasnya.
*HrS*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Banjir di Tengah Pandemi, PKS Majalengka Ajak Masyarakat Berkontribusi

Kepanduan DPD PKS Majalengka memberikan sarapan pagi kepada warga terdampak banjir di Kadipaten, Senin (8/2) Ketua DPD PKS Majalengka Roni Setiawan mengajak para pembaca dan masyarakat berkontribusi dalam membantu musibah banjir yang terjadi hari Ahad (7/2). Sebab di tengah pandemi yang masih terjadi, banjir menjadi musibah baru di Majalengka tahun ini. “Ditengah pandemi yang belum ketahuan ujungnya, kita dilanda musibah banjir khususnya di wilayah Kadipaten dan  Majalengka Utara, Ligung, Jatitujuh, Kertajati, Palasah. Banjir ini memang rutin hampir tiap tahun. Hanya tahun ini saya fikir lebih sedih karena terjadi di tengah pandemi.” ungkapnya dalam pesan singkat kepada media majalengka.pks.id Senin (8/2) pagi. Lebih lanjut Roni berharap kepada siapapun, baik pembaca, netizen dan masyarakat bisa berkontribusi sedikit untuk meringankan beban mereka. “Sehingga kenyataan berat yang dihadapi ini, kiranya pada para pembaca bisa berkontribusi sedikit meringankan beban mereka. Insya Allah...

Ini Alasan 14 Parpol Non Parlemen Dukung Prabowo

Koalisi 14 partai politik non parlemen memberikan dukungan kepada Prabowo-Hatta Rajasa sebagai capres-cawapres pada pemilihan presiden 9 Juli 2014 mendatang. "Prabowo-Hatta merupakan dua tokoh yang mementingkan rakyatnya sehingga tidak mudah didikte negara lain. Prabowo-Hatta bukan capres boneka," kata Koordinator Nasional Aliansi Relawan Parpol Non-Parlemen Se-Indonesia, Arif Rahman, di Rumah Polonia, Jakarta, Rabu 4 Juni 2014. Selain itu, koalisi partai ini menyebutkan alasan lain. Menurut mereka, masih diperlukan duet militer sipil untuk memimpin Indonesia. "Untuk memimpin Indonesia, duet militer sipil masih dibutuhkan. Ini sesuai tantangan nasional dan internasional," ujar Arif Rahman. Selain itu, koalisi ini juga sepakat pasangan Prabowo-Hatta sebagai pasangan yang ideal dengan latar belakang yang jelas. Keduanya sosok yang mumpuni untuk memimpin bangsa ini. "Pak Prabowo orang yang tegas dengan latar belakangn...

Prabowo “Indonesia Harus Bangkit menjadi Negara Terhormat.”

BERGELORA. Capres Prabowo membakar semangat puluhan ribu pendukung yang memadati lapangan GGM Majalengka. MAJALENGKA – Calon Presiden Nomor urut SATU, Prabowo Subianto kampanye terbuka di lapangan Gelanggang Generasi Muda (GGM) Majalengka, Jum’at (27/8) sore. Dalam orasi politiknya dihadapan puluhan ribu masa yang hadir memadati lokasi kampanye, prabowo memaparkan beberapa strategi politik. Disampaikan prabowo, bangsa Indonesia harus bangkit menjadi negara terhormat di mata dunia. Pasalnya negara ini merupakan negara kaya khususnya sumber daya alam (SDA). Hal ini diakui oleh sejumlah tokoh ekonomi dunia dan perusahaan terbesar di dunia. “tokoh-tokoh ekonomi dunia dan perusahaan terbesar di dunia menyatakan bahwa negara kita adalah negara terkaya kelima di dunia. Terutama dari segi sumber daya alam. Tetapi sangat disayangkan penggunaan kekayaan ini tidak mengalir ke rakyat.”jelas Prabowo.   Letjen Komando pasukan khusus (kopassus) tahun 1996-1998 ini mengakui,...